Sejarah Nabi selalu menarik untuk dibaca dan juga
dipelajari. Khususnya sejarah tentang Lahirnya Nabi serta perjuangan Nabi
Muhamad SAW. Semakin kita baca, semakin kita tahu, diharapkan akan semakin
cinta kepada Baginda Nabi Muhamad SAW.
Dalam posting terdahulu telah saya tuliskan mulai dari Rasulullah
Lahir, Masa kanak-kanak, hingga remaja hingga Beliau menikah dengan Siti
Khadijah. Dan pada kesempatan kali ini akan saya coba melanjutkan kisah
sebelumnya. Yakni kehidupan Rasulullah setelah Beliau menikah dengan Siti Khadijah.
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa Nabi Muhamad SAW
menikah dengan Siti Khodijah ketika berusia 25 tahun, sedangkan Siti Khodijah
merupakan janda beruisa 40 Tahun. Dalam pernikahan Beliau denganSiti Khodijah, Beliau
dikaruniai 6 orang putra dan putrid yakni
- Al Qasim (nama kun-yah Rasulullah, yaitu Abul Qasim, menggunakan nama Beliau)
- Zainab
- Ruqayyah
- Ummu Kultsum
- Fathimah
- Abdullah (laqb-nya / julukan Beliau adalah ath thayyib dan ath thahir)
Namun demikian semua putranya wafat ketika masih kecil,
sedangkan putrinya wafat setelah masa keNabian sebelum Rasul Wafat kecuali Fatimah
yang wafat beberapa bulan setelah Rasul wafat.
Budi pekerti Rasul memang terkenal baik sedari kecil. Bahkan
dari Beliau kecil Beliau sudah berjuluk al-amin yang artinya dapat dipercaya. Tak
hanya dapat dipercaya, Beliau juga orang yang sangat bijaksana. Dalam sebuah
riwayat diceritakan Beliau pernah menengahi perselisihan pemuka arab ketika
berselisih tentang yang pantas menempatkan kembali hajar asawad.
Pada saat itu mekkah dilanda banjir besar sehingga beberapa
bangunan kabah terpaksa harus di perbaiki. Proses pemugaran bangunan kabah
telah disepakati bersama seluruh pemuka mekah. Perselisihan ketika pemugaran
telah selesai dan tinggal menempatkan hajar aswad pada tempatnya. Hampir saja
terjadi pertumpahan darah ketika masing-masing kabilah menganggap paling berhak
untuk menempatkan hajar aswad. Perselisihan semakin memuncak namun untunglah
datang Abu Umayyah bin Mughirah Al-Makhzumi untuk menengahi dan memberikan saran
siapa yang pantas untuk menempatkan hajar awsad. Dan ditetapkan lah bahwa yang
akan menempatkan hajar aswad adalah orang yang pertama kali memasuki
kabahmelalui Bab Al-Shafa.
Dengan izin Allah Nabi Muhamad lah orang yang pertama kali
memasuki kabah melalui Bab Al-Shafa adalah baginda Nabi muhamad SAW. Pada waktu
itu belum diangkat menjadi Nabi. Dalam kejadian itu terlihat jelas keutamaan Nabi
Muhamad dalam menyelesaikan masalah tersebut. Karena Nabi Muhamad yang pertama
kali masuk maka Nabi mempunyai cara tersendiri agar semua pemuka tidak ada yang
sakit hati. Di gelarlah sebuah kain yang mempunyai 4 sudut, masing-masing sudut
di pegang oleh seorang pemuka mekah. Dan ketika sampai pada tempatnya Nabi
Muhamad meletakan hajar aswad itu ke tempat semula. Dan akhirnya perselisihan
itu dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada yang sakit hati, juga iri satu
sama lain. Karena masing-masing kabilah mempunyai andil saat menempatkan hajar
aswad kembali ke tempatnya.
Kehidupan sebelum keNabian memang cukup mengerikan. Kebiasaan
bangsa arab pada masa itu jauh dari ajaran islam. Meminum minuman keras,
berzina merupakan perbuatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat pada masa itu.
Saat usia Nabi muhamad mendekati 40 tahun, Beliau sering
menyendiri di gua hiro. Biasanya Rasulullah menyendiri di gua hiro hingga beberapa
malam. Tidak jarang Beliau hanya pulang sebentar untuk mengambil bekal dan
kembali lagi ke gua hiro.
Hingga suatu ketika Malaikat Jibril datang dengan suara yang
keras. Malaikat Jibril berkata Iqra(Bacalah),
kemudian Nabi Muhamad berkata Ma ana Biqiroin(aku tidak bisa membaca). Karena
memang Nabi tidak pernah belajar membaca. Kemudia Malaikat Jibril kembali
mengulang perkataanya iqra, Nabi kembali menjawab ma ana bi qiroin. Hingga tiga
kali Malaikat Jibril mengulang Nabi baru paham maksudnya adalah untuk mengikuti
apa yang dikatakan oleh Malaikat Jibril yakni Surat surat Al-Alaq ayat 1-5. Karena
itu merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhamad yang menjadi tanda
bahwa Beliau telah diangkat menjadi Nabi. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 17
Ramadlan.
Setalah kejadian tersebut Nabi beranjak pulang. Dengan keadaan
tubuh yang gemetar Beliau menemui istrinya yakni Khadijah meminta untuk
diselimuti. Setelah hati Beliau mulai tenang belia menceritakan tentang
kejadian yang dialaminya di gua hiro. Beliau khawatir hal itu merupakan
gangguan dari jin. Namun dengan lemah lembut khadijah menenangkan suaminya
bahwasanya hal itu tidak akan terjadi karena Nabi Muhamad merupakan orang yang
berbudi mulia. Sudah pasti Tuhan akan menjaga dan selalu membawa kabar gembira.
Keesokan harinya khadijah menemui waraqah saudaranya yang
merupakan seorang yang mengetahui pengetahuan yang luas tentang kitab-kitab
terdahulu. waraqah berkata “Wahai
anak pamanku, dengarkanlah apa yang akan dikatakan oleh anak lelaki saudaramu
(yakni Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam).” Waraqah bertanya kepada
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Hai anak saudaraku, ada apakah
gerangan?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menceritakan apa
yang dilihat dan dialami di gua Hira’. Setelah mendengarkan keterangan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Waraqah berkata , “Itu adalah Malaikat yang
pernah diutus Allah kepada Musa. Alangkah bahagianya seandainya aku masih muda
perkasa! Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir
oleh kaummu! Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah mereka
akan mengusir aku?” Waraqah menjawab , “Ya.” Tak seorang pun yang datang
membawa seperti yang kamu bawa kecuali akan diperangi. Seandainya aku masih
hidup dan mengalami hari yang akan kamu hadapi itu, pasti kubantu kamu sekuat
tenagaku.” Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia, dan untuk beberapa
waktu lamanya Rasulullah tidak menerima wahyu.
Demikian tulisan
mengenai sejarah Nabi muhamad SAW. Semoga apa yang saya sajikan bisa
bermanfaat, jika ada kesalahan penulisan mohon dimaklumi. Karena saya merupakan
seorang yang bodoh yang selalu ingin belajar. Semoga apa yang saya tuliskan
bisa menmbah kecintaan kita kepada baginda Nabi muhamad saw. Allahumma Sholli ‘Ala
Sayyidina Muhammad.
0 comments:
Post a Comment
thanks for visit