Pernahkah
anda mendengar istilah qasidah burdah? Sebagai warga NU mungkin pernah dengar
atau bahkan sering melafalkan qasidah tersebut. Qasidah burdah merupakan
kumpulan sajak atau syair pujian kepada Nabi Muhamad.
Pada zaman
Rasulullah syair-syair merupakan sesuatu yang sangat disenangi bangsa arab pada
masa itu. Syair-syair banyak digunakan pada masa itu sebagai media untuk
menyampaikan sesuatu. Seperti layaknya media masa pada zaman sekarang. Karena
biasanya jika seorang penyair sudah mengeluarkan syair, maka hampir semua
masyarakat akan mengikuti, serta menghafalkannya.
Termasuk
sejarah qasidah burdah ini. Menurut sejarah hal ini dimulai ketika seorang arab
bernama ka’b bin Zubair bin Abi Salma mencaci Nabi dengan syairnya. Seperti kebiasaan
masyarakat pada umumnya, semua orang yang membenci nabi pun ikut melafalkan
syair-syair yang menjelek-jelekan Nabi. Seiring berjalanya waktu sampai juga
pada telinga Nabi Muhamad SAW karena banyak dari para sahabat yang mengadukan
tentang hal itu.
Akhirnya
salah satu sahabat menawarkan diri untuk mencari dan berniat untuk membunuh si
penyair tersebut. Nabi Menyetujui hal itu. Dan mulailah pencarian kepada Ka’b
bin Zubair bin abi salma. Kabar pencarian penyair itupun tersebar. Dan sang
penyair yang dimaksudpun akhirnya mengetahui bahwa dia sedang diburu oleh
sahabat nabi untuk dibunuh. Setelah lama bersembunyi, dia ketakutan dan
akhirnya berniat untuk mendatangi nabi.
Pada saat
waktu subuh ka’b datang ke masjid untuk menemui Rasulullah yang kala itu sedang
melakukan sholat. Awalnya dia meminta bantuan kepada para sahabat Nabi untuk
menemani menemui rasulullah. Namun mereka semua menolak karena Rasulullah yang
terlihat sangat marah sehingga para sahabat tidak berani menemani Ka'b.
Karena
keinginanya yang sangat besar, Ka’b memberanikan diri untuk menemui Rasulullah
sendirian namun dengan ditutup wajahnya menggunakan sorban. Dalam pertemuanya
dengan Rasulullah Ka’b menenyakan kepada Rasulullah “ apakah benar kau sedang
mencari seorang yang bernama ka’b dan berniat membunuhnya karena mencacimu?”.
“benar “ jawab Rasul. Lalu ka’b menanyakan kembali kepada Rasul, “ apakah jika
orang itu mendatangimu dan meminta maaf kepadamu kamu akan memaafkanya”. “ iya
akan saya maafkan” begitu rasul manjawabnya”. Pertanyaan kembali diajukan oleh Ka’b “ apakah jika dia memeluk islam kamu akan mempercayai keislamanya?”
kembali Rasul menjawab “ iyah aku mempercayainya”. Tenang mendapati jawaban Rasul, Ka’b
membuka sorbanya dan menyatakan diri masuk islam.
Ka’b
menyatakan mempercayai kerasulan Nabi Muhamad SAW dan membuat syair pujian
kepada Rasulullah langsung dihadapan Rasulullah SAW. Tidak disangka Rasul tidak menolak pujian itu dan bahkan Beliau terharu hingga menitikan air mata. Dan ka’b di hadiahi Rasul selimut
yang beliau pakai pada waktu itu. Selimut tersebut bermotif lurik. Orang-orang
pada masa itu menyebutnya dengan Kain Burdah. Konon selimut
lurik pemberian rasululloh masih tersimpan di museum di turki.
Semenjak saat itu, syair-syair yang berupa pujian kepada Nabi muhamad disebut dengan burdah.
Semenjak saat itu, syair-syair yang berupa pujian kepada Nabi muhamad disebut dengan burdah.
Demikian sedikit
yang bisa sampaikan. Semoga bisa bermanfaat. Tulisan ini saya tuliskan berdasarkan
ceramah K.H Said Aqil Siradj pada acara Khaul PP Al Huda Kebumen. Mohon maaf
jika ada kesalahan baik dalam penulisan maupun isi dari tulisan. Semoga bermanfaat
bagi kita semua
0 comments:
Post a Comment
thanks for visit