Sebagai
orang indonesia, khususnya yang tinggal di Pulau Jawa sudah barang tentu
mengenal sebuah nama yang sangat kondang. Yakni Sunan Kalijaga. Beliau
merupakan satu diantara Sembilan
wali yang Masyhur
dikalangan orang Jawa.
Mereka adalah para Da’i
yang menyebarkan ajaran agama islam di tanah Jawa hingga sampai ke Pelosok Nusantara.
Beliau
mempunyai nama asli Raden Said. Beliau merupakan Putra dari Adipati Tuban Raden
Wilatikta yang masih merupakan tokoh pemberontak majapahit Ronggolawe. Meski
demikian, Raden Wilatikta sudah memeluk Islam berbeda dengan Ranggalawe yang
masih memeluk agama Hindu. Raden Said
dibesarkan di wilayah kerajaan. Namun Beliau sangat dekat dengan rakyat. Beliau
sudah mendapat pengajaran Agama
Islam
sedari kecil oleh guru agama di wilayah Tuban.
Karena
kedekatan dengan rakyat inilah yang membuat Raden Said mengerti kondisi
rakyatnya. Kehidupan rakyat Tuban
pada masa itu cukup memprihatinkan. Ditambah lagi dengan sistem pajak yang di
atur oleh kerajaan yang bersifat memaksa. Merasa tidak tega dengan keadaan ini,
Raden Said merasa iba dan tergerak hatinya untuk membantu masyarakat sekitar.
Hampir
setiap malam Raden Said menyelinap masuk ke lumbung bahan makanan yang
disiapkan untuk disetorkan kepada Raja. Beliau mengambil beberapa bahan makanan
yang natinya akan dibagikan disetiap rumah yang beliau datangi. Masyarakat
sekitar tentu saja merasa kaget namun juga gembira karena mendapat rezeki
berupa bahan makanan. Masyarakat Tuban juga tidak tahu siapa orang yang
dermawan yang rela memeberikan makanan tersebut. Karena Raden Said melakukan
aksinya ditengah malam saat para penduduk sudah terlelap.
Hari
demi hari berganti. Para penjaga lumbung merasa heran karena semakin hari bahan
makanan yang sedianya akan disetorkan kepada kerajaan semakin habis. Akhirnya
mereka memutuskan untuk mengintai siapa sebenarnya yang mencuri bahan makanan
di lumbung. Hingga suatu malam dari kejauhan para penjaga melihat Raden Said
yang masuk ke lumbung tersebut. Namun
karena takut dianggap fitnah penjaga lumbung membawa serta dua orang untuk
menjadi saksi. Sampai akhirnya ketika Raden Said membuka pintu Lumbung beliau
terkejut karena tertangkap basah oleh penjaga.
Akhirnya
beliau dibawa untuk menghadap Adipati yang tidak lain adalah ayahanda beliau
sendiri yakni Raden wilatikata. Raden Said hanya terdiam dan tidak bicara
sepatah katapun ketika ditanya untuk apa beliau melakukan pencurian. Akhirnya
hukuman pun dijatuhkan. Beliau dihukum cambuk sebanyak 200 kali di tangan
karena baru pertama kali mencuri.
Setelah
kejadian tersebut beliau keluar istana dan hidup di luar kawasan istana
kadipaten Tuban. Beliau tidak kapok untuk melakukan hal serupa yakni mencuri
dari orang-orang kaya dan kikir. Namun kali ini beliau melakukan dengan
menggunakan topeng. Satu demi satu rumah
orang yang kikir itu beliau datangi dan mengambil hartanya untuk dibagikan
kepada fakir miskin. Hingga suatu ketika kejadian yang naas beliau alami. Pada
suatu malam beliau mendengar suara orang yang menjerit. Ternyata beliau
mendapati seorang yang diperkosa oleh orang yang bertopeng seperti Raden Said.
Ketika Raden Said datang orang bertopeng itu suda selesai melakukan aksinya.
Dan tinggalah Raden Said dan wanita yang menjadi korban pemerkosaan tersebut.
Tak
lama berselang terdengar suara kentongan yang menandakan bahwa telah terjadi
kejahatan di kampung tersebut. Didapatilah seorang bertopeng dengan wanita di
dalam rumah. Setelah dibuka topeng yang menutupi wajahnya, ternyata Raden Said
yang wajah yang terlihat dibalik topeng tersebut. Akhirnya beliau dibawa oleh
kepala desa untuk dibawa ke Adipati Tuban untuk diadili.
Adipati
Tuban merasa marah dan malu mengetahui anaknya menjadi pelaku pemerkosaan.
Akhirnya Raden Said di usir keluar dari Tuban dan dilaang kembali ke kadipaten Tuban
sebelum Raden Said bisa menggetarkan tembok istana dengan bacaan Alquran. Tanpa
sepatah katapun akhirnya Raden Said keluar dari Tuban dan hidup di tengah
hutan. Dalam pengembaraan ini beliau menanggalkan identitas aslinya dan
menggunakan nama berandal Lokajaya. Berandal Lokajaya alias Raden Said masih
melakukan hal yang sama yang beliau lakukan ketika masih di lingkungan
kadipaten Tuban. Beliau merampok para saudagar yang kaya dan hasilnya dibagikan
kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan.
Suatu
hari Berandal Lokajaya merasa tertarik
dengan kilauan seperti emas. Ternyata suber kilaun tersebut dari sebuah tongkat
yang dibawa oleh seorang berjubah putih. Dari kejauhan berandal Lokajaya
memperhatika dan setelah dekat dan dirasa bisa untuk mengambil tongkatnya
akhirnya dia merebut tongkat yang dibawa oleh orang berjubah itu. Pria berjubah
itu jatuh tersungkur.
Berandal
Lokajaya memperhatikan dengan seksama tongkat yang direbutnya dari pria
berjubah putih tersebut. Dan ternyata
kilauana itu bukanlah emas melainkan sebuah tembaga yang menempel di gagang
tongkat milik pria berjubah putih itu. Kemudian dilihatnya pria berjubah itu
menangis. Karena tidak tega, Lokajaya mengembalikan tongkat tersbeut seraya
berkata. “ kenapa engkau menangis. Ini tongkatmu aku kembalikan”. Lalu dijawab
oleh pria berjubah itu. “ aku bukan menangisi tongkat itu. Namun aku telah
berdosa karena telah mencabut rumput ini tanpa sebab”.
Lokajaya
merasa heran dan bertanya “ kau begitu merasa berdosa hanya karena mencabut
sebuah rumput ?”. “rumput ini tercabut olehku karena sebuah kesia-siaan dan
bukan karena akan dimanfaatkan. Jika aku mencabut rumput ini untuk dimakan
ternak maka tidak apa-apa” jawab pria berjubah itu. Hati Lokajaya begitu kaget
mendengar jawaban yang penuh dengan hikmah keimanan itu.
Pria
berjubah itu kemudian bertanya kepada Lokajaya.” Apa yang kau cari di hutan ini
wahai pemuda?” . “ aku mencari harta “ jawab pria berjubah itu.”untuk apa? “
pria berjubah itu kembali bertanya. “untuk aku berikan kepada fakir miskin “
sahut Lokajaya. “ hatimu sangat mulia anak muda, namun kau menggunakan cara
yang salah “ pria berjubah itu menambahkan. “ apa maksudmu wahai orang tua ?” Lokajaya
kembali bertanya.
Pria
berjubah itu tersenyum dan berkata. “ boleh aku bertanya wahai anak muda ?
bayangkan jika kau mencuci pakaianmu dengan air kencing, apa tindakanmu benar,
apa lantas menjadikan pakaianmu menjadi bersih dan suci? Tentu tidak bukan?
Allah itu maha indah, Allah hanya menerima amal yang bersih, karena Allah
mencintai kebersihan. Kembali hati Lokajaya merasa takjub dengan ucapan pria
berjubah itu. Betapa selama ini dia udah berpikiran keliru dengan memberikan
sedekah kepada fakir miskin dengan cara yang salah.
kembali
pria berjubah itu berkata bahwa banyak cara yang baik yang bisa dilakukan untuk
mengentaskan kemiskinan. Diantaranya dengan meningkatkan taraf hidup masyarakat
dengan cara memberikan keterampilan sebagai sarana untuk mencari rezeki. Alam
nusantara begitu luas, subur dan makmur kita bisa melakukan kegiatan bercocok
tanam atau dengan cara yang lainya. Selain itu, jika memang sistem perpajakan
yang ada begitu memberatkan dan menyengsarakan, mengapa kita tidak berusaha
untuk merubah system yang berlaku agar masyarakat tidak terbebani dengan system
yang ada.
Raden Said merasakan ajaran yang mendalam dari yang
dikatakan oleh pria berjubah itu. Dia merasa bahwa kalimat-kalimat itu yang dia
ingin dengarkan selama ini. Kalau kau tak mau kerja keras dan hanya
ingin beramal dengan cara yang mudah maka ambillah itu. Itu barang halal.
Ambillah sesukamu!. Hal itu beliau
katakan sembari menunjuk sebuah pohon aren yang rimbun buahnya.
Entah pria itu
menggunakan sihir atau tidak buah aren itu berubah menjadi emas. Raden Said
mempunyai ilmu yang sangat tinggi. Beliau mengerahkan seluruh ilmunya mungkin
saja itu memang sihir. Namun setelah beliau mengerahkan seluruh ilmunya buah
aren itu tetap menjadi emas. Berarti pria berjubah itu tidaklah menggunakan
sihir.
Raden Said
penasaran dan berniat untuk memanjat pohon aren yang berbuah emas itu. Dilihatnya
buah itu memang emas. Namun entah kenapa buah itu berguguran jatuh dan membuat Raden
Said jatuh terjerembab. Buah-buah itu jatuh mengenai kepala beliau. Dan beliau
jatuh pingsan.
Setelah beliau
sadar beliau terngiang-ngiang dengan perkataan yang diucapkan oleh pria
berjubah itu. Belia masih memikirkan tentang yang dilakukan oleh beliau
sebelumnya yang menyamakan dengan mencuci pakain dengan menggunakan air
kencing.
Raden Said mengejar oarang itu. Segenap
kemampuan dikerahkannya untuk berlari cepat akhirnya dia dapat melihat bayangan
orang tua itu dari kejauhan.
Sepertinya santai saja orang itu
melangkahkan kakinya tapi Raden Said tak pernah bisa menyusulnya. Jatuh bangun
terseok-seok dan berlari lagi, demikianlah setelah tenaganya habis terkuras dia
baru bisa sampai dibelakang lelaki berjubah putih itu.
Pria berjubah
itu akhirnya berhenti, namun bukan karena kehadiran Raden Said, melainkan karena
ada sungai yang terbentang didepanya. Setelah pria berjubah itu menoleh
kepadanya, beliau meminta untuk menjadi murid dari pria berjubah itu. Namun
pria berjubah itu tidak serta merta menerima Raden Said sebagai murid. Beliau mengatakan
bahwa jika ingin menjadi muridnya rintangan yang dihadapi sangat sulit dan
syarat yang diajukan tidaklah mudah. Raden Said menerima apapun syarat yang
diberikan kepada Raden Said. Asalkan beliau bisa diterima menjadi murid.
Pria berjubah
itu lalu menancapkan tongkat yang dibawanya. Raden Said diperintahkan untuk
menunggu tongkat yang tertancap itu hingga beliau datang menemui Raden Said.
Raden Said
kembali terheran-heran saat pria itu pergi meninggalkan Raden Said sendirian di
pinggir sungai. Pria berjubah itu melangkah menyebrangi sungai dengan berjalan
kaki di atas sungai. Dan yang membuatnya heran pria berjubah itu tidak basah
sedikitpun oleh air.
Setelah pria itu
tidak terlihat, Raden Said teringat akan kisah ashabul kahfi yang atas kuasa
Allah di tidurkan di dalam goa. Raden melakukan hal yang sama. Beliau bermunajat
kepada Allah agar di tidurkan hingga saatnya pria berjubah itu datang untuk
menemui Raden Said. Dan ternyata Allah mengabulkan doanya. Beliau tertidur.
Setelah berjalanya
waktu, tubuh Raden Said banyak dipenuhi dengan akar-akar serta tumbuhan yang
merambat disekujur tubuhnya. Pria berjubah itu akhirnya kembali untuk
membangunkan Raden Said. Beliau membangunkan Raden Said dengan cara
mengumandangkan Adzan. Dan Raden Said pun bangun. Setelah beliau bangun dan
membersihkan badanya, beliau diberi pakaian yang baru dan dibawa ke Tuban. Karena
ternyata pria berjubah itu tidak lain adalah sunan bonang.
Konon karena Raden
Said yang menunggu tongkat Raden Bonang di pinggir sungai itulah beliau disebut dengan sunan
kalijaga.
Demikian Cerita tentang Sunan Kalijaga. Semoga bermanfaat, dan nantikan Kelanjutan dari kisah Sunan Kalijaga dan juga Kisah dan Walisanga yang lainya.