Find us on Google+

Pages

Monday, February 23, 2015

KISAH SUNAN KALIJAGA

Sebagai orang indonesia, khususnya yang tinggal di Pulau Jawa sudah barang tentu mengenal sebuah nama yang sangat kondang. Yakni Sunan Kalijaga. Beliau merupakan satu diantara Sembilan wali yang Masyhur dikalangan orang Jawa. Mereka adalah para Da’i yang menyebarkan ajaran agama islam di tanah Jawa hingga sampai ke Pelosok Nusantara.
Beliau mempunyai nama asli Raden Said. Beliau merupakan Putra dari Adipati Tuban Raden Wilatikta yang masih merupakan tokoh pemberontak majapahit Ronggolawe. Meski demikian, Raden Wilatikta sudah memeluk Islam berbeda dengan Ranggalawe yang masih  memeluk agama Hindu. Raden Said dibesarkan di wilayah kerajaan. Namun Beliau sangat dekat dengan rakyat. Beliau sudah mendapat pengajaran Agama Islam sedari kecil oleh guru agama di wilayah Tuban.

Karena kedekatan dengan rakyat inilah yang membuat Raden Said mengerti kondisi rakyatnya. Kehidupan rakyat Tuban pada masa itu cukup memprihatinkan. Ditambah lagi dengan sistem pajak yang di atur oleh kerajaan yang bersifat memaksa. Merasa tidak tega dengan keadaan ini, Raden Said merasa iba dan tergerak hatinya untuk membantu masyarakat sekitar.

Hampir setiap malam Raden Said menyelinap masuk ke lumbung bahan makanan yang disiapkan untuk disetorkan kepada Raja. Beliau mengambil beberapa bahan makanan yang natinya akan dibagikan disetiap rumah yang beliau datangi. Masyarakat sekitar tentu saja merasa kaget namun juga gembira karena mendapat rezeki berupa bahan makanan. Masyarakat Tuban juga tidak tahu siapa orang yang dermawan yang rela memeberikan makanan tersebut. Karena Raden Said melakukan aksinya ditengah malam saat para penduduk sudah terlelap.

Hari demi hari berganti. Para penjaga lumbung merasa heran karena semakin hari bahan makanan yang sedianya akan disetorkan kepada kerajaan semakin habis. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengintai siapa sebenarnya yang mencuri bahan makanan di lumbung. Hingga suatu malam dari kejauhan para penjaga melihat Raden Said yang  masuk ke lumbung tersebut. Namun karena takut dianggap fitnah penjaga lumbung membawa serta dua orang untuk menjadi saksi. Sampai akhirnya ketika Raden Said membuka pintu Lumbung beliau terkejut karena tertangkap basah oleh penjaga.

Akhirnya beliau dibawa untuk menghadap Adipati yang tidak lain adalah ayahanda beliau sendiri yakni Raden wilatikata. Raden Said hanya terdiam dan tidak bicara sepatah katapun ketika ditanya untuk apa beliau melakukan pencurian. Akhirnya hukuman pun dijatuhkan. Beliau dihukum cambuk sebanyak 200 kali di tangan karena baru pertama kali mencuri.

Setelah kejadian tersebut beliau keluar istana dan hidup di luar kawasan istana kadipaten Tuban. Beliau tidak kapok untuk melakukan hal serupa yakni mencuri dari orang-orang kaya dan kikir. Namun kali ini beliau melakukan dengan menggunakan topeng. Satu demi  satu rumah orang yang kikir itu beliau datangi dan mengambil hartanya untuk dibagikan kepada fakir miskin. Hingga suatu ketika kejadian yang naas beliau alami. Pada suatu malam beliau mendengar suara orang yang menjerit. Ternyata beliau mendapati seorang yang diperkosa oleh orang yang bertopeng seperti Raden Said. Ketika Raden Said datang orang bertopeng itu suda selesai melakukan aksinya. Dan tinggalah Raden Said dan wanita yang menjadi korban pemerkosaan tersebut.

Tak lama berselang terdengar suara kentongan yang menandakan bahwa telah terjadi kejahatan di kampung tersebut. Didapatilah seorang bertopeng dengan wanita di dalam rumah. Setelah dibuka topeng yang menutupi wajahnya, ternyata Raden Said yang wajah yang terlihat dibalik topeng tersebut. Akhirnya beliau dibawa oleh kepala desa untuk dibawa ke Adipati Tuban untuk diadili.

Adipati Tuban merasa marah dan malu mengetahui anaknya menjadi pelaku pemerkosaan. Akhirnya Raden Said di usir keluar dari Tuban dan dilaang kembali ke kadipaten Tuban sebelum Raden Said bisa menggetarkan tembok istana dengan bacaan Alquran. Tanpa sepatah katapun akhirnya Raden Said keluar dari Tuban dan hidup di tengah hutan. Dalam pengembaraan ini beliau menanggalkan identitas aslinya dan menggunakan nama berandal Lokajaya. Berandal Lokajaya alias Raden Said masih melakukan hal yang sama yang beliau lakukan ketika masih di lingkungan kadipaten Tuban. Beliau merampok para saudagar yang kaya dan hasilnya dibagikan kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan.

Suatu hari Berandal Lokajaya merasa  tertarik dengan kilauan seperti emas. Ternyata suber kilaun tersebut dari sebuah tongkat yang dibawa oleh seorang berjubah putih. Dari kejauhan berandal Lokajaya memperhatika dan setelah dekat dan dirasa bisa untuk mengambil tongkatnya akhirnya dia merebut tongkat yang dibawa oleh orang berjubah itu. Pria berjubah itu jatuh tersungkur.

Berandal Lokajaya memperhatikan dengan seksama tongkat yang direbutnya dari pria berjubah putih tersebut. Dan ternyata kilauana itu bukanlah emas melainkan sebuah tembaga yang menempel di gagang tongkat milik pria berjubah putih itu. Kemudian dilihatnya pria berjubah itu menangis. Karena tidak tega, Lokajaya mengembalikan tongkat tersbeut seraya berkata. “ kenapa engkau menangis. Ini tongkatmu aku kembalikan”. Lalu dijawab oleh pria berjubah itu. “ aku bukan menangisi tongkat itu. Namun aku telah berdosa karena telah mencabut rumput ini tanpa sebab”.

Lokajaya merasa heran dan bertanya “ kau begitu merasa berdosa hanya karena mencabut sebuah rumput ?”. “rumput ini tercabut olehku karena sebuah kesia-siaan dan bukan karena akan dimanfaatkan. Jika aku mencabut rumput ini untuk dimakan ternak maka tidak apa-apa” jawab pria berjubah itu. Hati Lokajaya begitu kaget mendengar jawaban yang penuh dengan hikmah keimanan itu.

Pria berjubah itu kemudian bertanya kepada Lokajaya.” Apa yang kau cari di hutan ini wahai pemuda?” . “ aku mencari harta “ jawab pria berjubah itu.”untuk apa? “ pria berjubah itu kembali bertanya. “untuk aku berikan kepada fakir miskin “ sahut Lokajaya. “ hatimu sangat mulia anak muda, namun kau menggunakan cara yang salah “ pria berjubah itu menambahkan. “ apa maksudmu wahai orang tua ?” Lokajaya kembali bertanya.

Pria berjubah itu tersenyum dan berkata. “ boleh aku bertanya wahai anak muda ? bayangkan jika kau mencuci pakaianmu dengan air kencing, apa tindakanmu benar, apa lantas menjadikan pakaianmu menjadi bersih dan suci? Tentu tidak bukan? Allah itu maha indah, Allah hanya menerima amal yang bersih, karena Allah mencintai kebersihan. Kembali hati Lokajaya merasa takjub dengan ucapan pria berjubah itu. Betapa selama ini dia udah berpikiran keliru dengan memberikan sedekah kepada fakir miskin dengan cara yang salah.

kembali pria berjubah itu berkata bahwa banyak cara yang baik yang bisa dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan. Diantaranya dengan meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan cara memberikan keterampilan sebagai sarana untuk mencari rezeki. Alam nusantara begitu luas, subur dan makmur kita bisa melakukan kegiatan bercocok tanam atau dengan cara yang lainya. Selain itu, jika memang sistem perpajakan yang ada begitu memberatkan dan menyengsarakan, mengapa kita tidak berusaha untuk merubah system yang berlaku agar masyarakat tidak terbebani dengan system yang ada.

Raden Said merasakan ajaran yang mendalam dari yang dikatakan oleh pria berjubah itu. Dia merasa bahwa kalimat-kalimat itu yang dia ingin dengarkan selama ini. Kalau kau tak mau kerja keras dan hanya ingin beramal dengan cara yang mudah maka ambillah itu. Itu barang halal. Ambillah sesukamu!. Hal itu beliau katakan sembari menunjuk sebuah pohon aren yang rimbun buahnya.

Entah pria itu menggunakan sihir atau tidak buah aren itu berubah menjadi emas. Raden Said mempunyai ilmu yang sangat tinggi. Beliau mengerahkan seluruh ilmunya mungkin saja itu memang sihir. Namun setelah beliau mengerahkan seluruh ilmunya buah aren itu tetap menjadi emas. Berarti pria berjubah itu tidaklah menggunakan sihir.


Raden Said penasaran dan berniat untuk memanjat pohon aren yang berbuah emas itu. Dilihatnya buah itu memang emas. Namun entah kenapa buah itu berguguran jatuh dan membuat Raden Said jatuh terjerembab. Buah-buah itu jatuh mengenai kepala beliau. Dan beliau jatuh pingsan.


Setelah beliau sadar beliau terngiang-ngiang dengan perkataan yang diucapkan oleh pria berjubah itu. Belia masih memikirkan tentang yang dilakukan oleh beliau sebelumnya yang menyamakan dengan mencuci pakain dengan menggunakan air kencing.

Raden Said mengejar oarang itu. Segenap kemampuan dikerahkannya untuk berlari cepat akhirnya dia dapat melihat bayangan orang tua itu dari kejauhan.

Sepertinya santai saja orang itu melangkahkan kakinya tapi Raden Said tak pernah bisa menyusulnya. Jatuh bangun terseok-seok dan berlari lagi, demikianlah setelah tenaganya habis terkuras dia baru bisa sampai dibelakang lelaki berjubah putih itu.

Pria berjubah itu akhirnya berhenti, namun bukan karena kehadiran Raden Said, melainkan karena ada sungai yang terbentang didepanya. Setelah pria berjubah itu menoleh kepadanya, beliau meminta untuk menjadi murid dari pria berjubah itu. Namun pria berjubah itu tidak serta merta menerima Raden Said sebagai murid. Beliau mengatakan bahwa jika ingin menjadi muridnya rintangan yang dihadapi sangat sulit dan syarat yang diajukan tidaklah mudah. Raden Said menerima apapun syarat yang diberikan kepada Raden Said. Asalkan beliau bisa diterima menjadi murid.

Pria berjubah itu lalu menancapkan tongkat yang dibawanya. Raden Said diperintahkan untuk menunggu tongkat yang tertancap itu hingga beliau datang menemui Raden Said.

Raden Said kembali terheran-heran saat pria itu pergi meninggalkan Raden Said sendirian di pinggir sungai. Pria berjubah itu melangkah menyebrangi sungai dengan berjalan kaki di atas sungai. Dan yang membuatnya heran pria berjubah itu tidak basah sedikitpun oleh air.

Setelah pria itu tidak terlihat, Raden Said teringat akan kisah ashabul kahfi yang atas kuasa Allah di tidurkan di dalam goa. Raden melakukan hal yang sama. Beliau bermunajat kepada Allah agar di tidurkan hingga saatnya pria berjubah itu datang untuk menemui Raden Said. Dan ternyata Allah mengabulkan doanya. Beliau tertidur.

Setelah berjalanya waktu, tubuh Raden Said banyak dipenuhi dengan akar-akar serta tumbuhan yang merambat disekujur tubuhnya. Pria berjubah itu akhirnya kembali untuk membangunkan Raden Said. Beliau membangunkan Raden Said dengan cara mengumandangkan Adzan. Dan Raden Said pun bangun. Setelah beliau bangun dan membersihkan badanya, beliau diberi pakaian yang baru dan dibawa ke Tuban. Karena ternyata pria berjubah itu tidak lain adalah sunan bonang.

Konon karena Raden Said yang menunggu tongkat Raden Bonang di pinggir sungai itulah beliau disebut dengan sunan kalijaga.


Demikian Cerita tentang Sunan Kalijaga. Semoga bermanfaat, dan nantikan Kelanjutan dari kisah Sunan Kalijaga dan juga Kisah dan Walisanga yang lainya.

Nasrulloh Ibnutora , Updated at: 10:52 AM

0 comments:

Post a Comment

thanks for visit

VIVA